Penerima beasiswa Kemendikbud di Inggris hadapi masalah finansial akibat
Sejumlah penerima beasiswa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) mengaku mengalami masalah finansial di Eropa akibat keterlambatan pencairan uang beasiswa.
Kemendikbud-Ristek mengeklaim semua ini disebabkan terhapusnya data peserta beasiswa pada peretasan Pusat Data Nasional (PDN). Namun, para penerima beasiswa menyebut keterlambatan pencairan uang beasiswa sudah sering terjadi sebelumnya.
Ariyo Dharma Pahla Irhamna sedang dilanda kebingungan.
Peneliti bidang ekonomi itu tengah menempuh tahun kedua program doktoral alias strata tiga di School of Global Development di Universitas East Anglia https://resultadosemponto.com/ di Norwich, Inggris. Ariyo juga merupakan penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) yang dikelola Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek).
Tinggal di benua Eropa beserta istri dan kedua anaknya, Ariyo mengaku bergantung kepada dana beasiswa BPI untuk menunjang hidupnya dan keluarganya supaya dia bisa fokus terhadap studinya.
“Sejak awal pengalaman saya di BPI memang selalu telat. Telatnya itu tidak sehari-dua hari. Bahkan berminggu-minggu. Rata-rata mungkin paling cepat itu dua minggu,” ujar Ariyo kepada wartawan Amahl Azwar yang melaporkan untuk BBC News Indonesia pada Rabu (07/08).
Seperti peserta BPI lainnya, Ariyo menerima dana hidup bulanan yang cair setiap tiga bulan sekali. Menurut Ariyo, sistem ini secara teori sebetulnya cukup baik sebab mahasiswa penerima beasiswa tidak perlu mengajukan setiap bulan.
Akan tetapi, Ariyo bilang keterlambatan yang terus menerus ini membuat dirinya dan keluarganya terpaksa menyesuaikan pengeluaran esensial dan menggunakan tabungan di Indonesia.
Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Poundsterling yang melemah dalam beberapa bulan terakhir dan situasi Inggris yang belakangan tidak stabil turut mempengaruhi kondisi keuangan mereka.
“Saya sudah menukar tabungan Rupiah saya sekitar Rp60 juta akibat keterlambatan ini saja,” ujar Ariyo.
Ariyo tidak sendiri.
Sejumlah peserta beasiswa BPI mengeklaim merasakan hal yang sama.
BBC News Indonesia sudah melihat bukti keterlambatan transfer untuk tunjangan hidup (atau disebut living allowance) dari salah satu penerima beasiswa. BBC News Indonesia juga sudah melihat surat elektronik dari akun BPI yang memohon maaf atas lenyapnya data para mahasiswa yang berujung ke keterlambatan pencairan dana.
Program beasiswa BPI merupakan kerja sama antara Kemendikbud-Ristek dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.
Berbeda dengan LPDP yang ditujukan untuk studi lanjut pascasarjana, program BPI terbuka untuk semua jenjang pendidikan mulai D4, S1, S2, hingga jenjang S3 yang bisa ditempuh di luar negeri.
Penerima beasiswa BPI tidak diperkenankan mengambil pekerjaan sampingan. Keterlambatan pencairan dana hidup yang diklaim terjadi oleh para penerima beasiswa disebut mempengaruhi studi serta keluarga mereka – terlebih mereka yang membawa anak.